Banyak orang ketika ditanya kenapa belum berangkat haji, padahal waktu, kesehatan, dana dan kesempatan banyak dan semuanya telah siap, terkadang jawabannya adalah “belum ada panggilan.”
Bahkan ada orang berkecukupan yang sudah bolak balik ke luar negeri, tapi belum pernah berangkat haji dan ketika ditanya pun sering kali menjawabnya dengan “belum dapat panggilan!”
Betulkah demikian? Betulkah haji itu panggilan dan kita belum dipanggil untuk ke Baitullah? Kemudian itu menjadi alasan untuk tidak segera berangkat haji?
Padahal di satu sisi banyak sekali orang yang secara finansial tidak berkecukupan namun sudah berangkat haji. Kita dengar ada tukang parkir di sebuah pasar bisa berangkat haji, penjual sate naik haji, penjual bubur ayam naik haji dan banyak lainnya.
Apakah itu tidak cukup menjadi motivasi bagi yang berkecukupan finansialnya dan kesempatannya?
Coba pahami penjelasan dari ayat ini yang bisa menjadi inspirasi dan motivasi kita semua. Allah berfirman di surah Al-Hajj ayat 27:
وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ
“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.”
Dalam sebuah riwayat di tafsir Ibnu Katsir disebutkan, setelah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail alaihimas salam menyelesaikan pembangunan dan renovasi Ka’bah, berikutnya ada perintah untuk memanggil semua manusia agar pergi berhaji ke Baitullah seperti diungkap di surat Al-Hajj, dan saat itu Nabi Ibrahim berkata kepada Allah;
يا رب، وكيف أبلغ الناس وصوتي لا يصل إليهم؟ فقيل: ناد وعلينا البلاغ
“Wahai Tuhanku bagaimana saya bisa memanggil manusia semuanya sedang suaraku tidak bisa nyampai kepada mereka?”
Maka dijawab kepadanya, “Tugasmu memanggil sedangkan Kami yang akan menghantarkan suaramu terdengar kepada mereka.”
Konon Nabi Ibrahim naik ke hajar maqam dan sebuah riwayat lainnya menaiki jabal Qubais kemudian berteriak memanggil semua manusia dengan panggilan;
يا أيها الناس ، إن ربكم قد اتخذ بيتا فحجوه
“Wahai manusia, sesungguhnya Tuhan telah membuat Ka’bah ini, maka datanglah berhaji kepadanya!”
Atas kuasa Allah maka suara Nabi Ibrahim tersebut bergerak dengan cepat dan dalam sebuah riwayat disebutkan semua gunung merendahkan diri agar suara itu bisa bergerak dan didengar oleh bayi yang ada di rahim dan sulbi. Bahkan semuanya, baik batuan, pohon dan lainnya bisa mendengarnya dan menjawabnya (termasuk yang tercatat di Ilmu Allah akan berangkat) dengan jawaban “Labbaika Allahumma Labbaik” kami penuhi panggilan-Mu Ya Allah.” (Riwayat dari Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Sa’id bin Zubair, dan lainnya).
Jadi, dari uraian di atas nampak jelas sekali bahwa panggilan haji itu sudah ada (bukan belum dipanggil) dan kita sudah dipanggil ribuan tahun yang lalu oleh Nabi Ibrahim.
Tiga sikap manusia dalam merespons panggilan berhaji
1. Mampu tapi tidak mau
Ini manusia yang secara lahir berperilaku seperti orang Yahudi yang memang telah menghapus syariat haji dari kitabnya karena kesombongannya dengan tidak mengakui syariat Nabi Ibrahim, karena haji itu indentik dengan Nabi Ismail dan Nabi Muhammad. Karena itu Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda;
قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ لَمْ تَحْبِسْهُ حَاجَةٌ ظَاهِرَةٌ أَوْمَرَضٌ حَابِسٌ أَوْسُلْطَانٌ جَائِرٌ وَلَمْ يَحُجَّ فَلْيَمُتْ اِنْ شَاءَ يَهُوْدِيًّاوَاِنْ شَاءَ نَصْرَانِيًّا
“Barangsiapa tidak menghalanginya hajat yang nyata atau sakit yang bisa mencegah atau karena pemimpin yang zalim lalu ia tidak berhaji maka silakan ia mati dalam keadaan Yahudi atau Nasrani.” (Riwayat Al-Baihaqi).
Bahkan Ibnu Katsir meriwayatkan dari Umar bin Al-Khattab, “Siapa yang mampu haji dan dia tidak berangkat haji, sama saja, dia mau mati Yahudi atau mati Nasrani.”
Bahkan jika diberi kesehatan badan dan kesehatan finansial namun selama lima tahun tidak ada tergerak untuk mendaftar haji maka hidupnya akan terhalang dari rahmat Allah.
إِنَّ الله , عَزَّ وَجَلَّ , يَقُولُ : إِنَّ عَبْدًا أَصْحَحْتُ لَهُ جِسْمَهُ ، وَأَوْسَعْتُ عَلَيْهِ فِي الْمَعِيشَةِ تَمْضِي عَلَيْهِ خَمْسَةُ أَعْوَامٍ لاَ يَفِدُ إِلَيَّ لَمَحْرُومٌ
“Sesungguhnya Allah azza wa jalla berfirman, “Seorang hamba telah Aku sehatkan badannya, Aku luaskan rezekinya, tetapi berlalu dari lima tahun dan dia tidak menghadiri undangan-Ku (berhaji, karena yang berhaji disebut tamu Allah), maka sungguh dia orang yang benar-benar terhalangi (dari kebaikan).” (Hadis qudsi riwayat Ibnu Hibban).
Ayo mumpung masih muda, ada penghasilan rutin, cepat daftar haji, soal berangkat serahkan kepada Allah. Masa kalah sama tukang parkir atau penjual sayur!
2. Mau tapi tidak mampu
Golongan ini dimaafkan Allah karena memang belum memiliki kemampuan baik finansial, fisik atau lainnya.
وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah. Yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (Ali Imran: 97).
3. Mampu dan mau memenuhinya dengan ungkapan “labbaik allahumma labbaik”
Inilah orang-orang beriman yang beruntung dan berbahagia dengan syariat haji. Manusia yang terus berusaha memampukan diri agar dapat memenuhi panggilan Allah.
Jadi, agar dapat memenuhi panggilan Allah ada tiga hal yang harus dilakukan.
Dan Tiga Panggilan Seumur Hidup Manusia
- Pangilan waktu adzan berkumandang
- Panggilan untuk menunaikan ibadah haji atau umroh
- Panggilan yang terakhir adalah kematian